SULUT,PGI.OR.ID-Salah satu isu penting yang menjadi perhatian Bidang Kesaksian dan Keutuhan Ciptaan Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (KKC-PGI) adalah isu radikalisme di Indonesia. Pandangan bahwa ideologi dan gerakan radikal menjadi ancaman terpenting bukanlah hal yang berlebihan, mengingat rentetan aksi terorisme pada tataran internasional, regional dan nasional tetap menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Dalam konteks Indonesia, terorisme yang terjadi ditengarai meningkat baik secara kuantitatif maupun kualitatif setelah reformasi bergulir, dan tidak dapat diabaikan bahwa gerakan terorisme tersebut membawa serta ideologi radikal yang mengancam kesatuan bangsa.
Ideologi-ideologi dan gerakan radikal tersebut dalam kenyataannya jelas telah mampu menggerakkan aktor-aktor dari masyarakat sipil menjadi individu-individu yang intoleran, pengembang radikalisme hingga menjadi pelaku teror. Hal ini terlihat dengan semakin meluasnya praktek intoleransi yang semakin masif berlangsung. Berkembangnya aksi-aksi radikalisme dan terorisme ini pada akhirnya akan mengoyak kebhinekaan, dipicu ego sektarian, rasa curiga, bahkan aksi balas dendam. Jika ini terus dibiarkan, dapat mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Pada Seminar Agama-Agama (SAA) PGI bertema “Politik Identitas dan Komodifikasi Agama dalam Kontestasi Politik di Indonesia,” isu intoleransi, radikalisasi dan politisasi agama menjadi sorotan penting untuk terus dihadapi bersama umat beragama. Oleh karena itulah, usaha deradikalisasi keagamaan yang sistemik menjadi penting untuk dilakukan oleh berbagai elemen bangsa.
Menyadari semakin meningkatnya radikalisasi melalui aksi-aksi kekerasan berbasis agama dan keyakinan di Indonesia, menjadikan hal ini juga sebagai sebuah keprihatinan tersendiri PGI. Terhadap persoalan ini PGI tetap berupaya untuk berkontribusi dalam penyelesaiannya, serta menjadi wadah bagi gereja-gereja di Indonesia dalam mendorong tercipta dan terawatnya kehidupan berbangsa dan bernegara yang damai.
Seiring dengan usaha-usaha yang telah dilakukan oleh PGI dalam menghadapi isu intoleransi dan radikalisme, serta sebagai tindak lanjut dari SAA di atas pada tahun politik ini, Bidang KKC–PGI bekerja sama dengan SAG Sulutteng melaksanakan Traning of Trainers (ToT): Umat Beragama Melawan Intoleransi dan Radikalisme, dengan tuan-nyonya rumah adalah Gereja Masehi Injili di Bolaang Mongondow (GMIBM).
Kegiatan ini berlangsung pada 12-13 Maret 2019, berlokasi di GMIBM Jemaat Musafir Genggulang, Kotamobagu, Sulawesi Utara. Adapun narasumber dan fasilitator pada ToT ini antara lain: Dr. phil., Suratno, M.A. (Dosen Universitas Paramadina), Pdt. Dr. Richard Daulay (Dosen Universitas Pelita Harapan) dan Pdt. Jimmy M.I. Sormin, M.A. (Sekretaris Eksekutif Bidang KKC–PGI). Sementara peserta kegiatan ini sendiri berasal dari beberapa Sinode gereja di Sulawesi Utara dan Sulawesi Tenggah dan mitra SAG Sulutteng, dengan jumlah 75 orang.
Salah satu hal yang menarik dari para peserta, selain terdiri dari para pendeta dan pelayan gereja, calon-calon legislatif asal GMIBM di Bolaang Mongondo Raya dan Kotamobagu juga menghadiri ToT ini pada hari pertama. Mereka dibekali pemahaman secara umum mengenai isu intoleransi dan radikalisme. Mereka juga datang untuk mendengar pesan-pesan dari gereja untuk aktivitas berpolitik mereka, baik sebelum Pemilu maupun ketika terpilih nantinya. Para calon legislatif untuk tingkat provinsi, kabupaten dan kotamadya ini juga mendapat dukungan doa dari para peserta ToT lainnya agar menjadi saksi-saksi Tuhan yang menyatakan kebenaran dan keadilan.
Dalam ToT ini, selain diisi dengan ceramah, diskusi, bermain peran, dan presentasi kelompok, para peserta juga mengunjungi Kanwil Kementerian Agama (Kemenag) di Kotamobagu dan bertemu perwakilan FKUB Kotamobagu. Dalam kunjungan dan pertemuan para peserta dan narasumber dari Kemenag berbagi informasi dan berdiskusi tentang peran pemerintah dan FKUB Kotamobagu dalam menjaga hubungan antar-umat beragama untuk hidup damai dan toleran. Peserta turut mengkritisi dan mengapresiasi apa yang telah pemerintah dan FKUB lakukan selama ini. Peserta juga terpinspirasi untuk turut bersinergi dengan pemerintah serta membangun jaringan lintas iman.
Peserta berkomitmen untuk menindaklanjuti ToT ini dengan membuat program di Jemaat atau organisasi masing-masing, serta akan membangun komunikasi dan jaringan lintas iman yang baik. Dari beberapa kelompok yang dibentuk dalam ToT, salah satunya bahkah berkomitmen untuk melakukan pertemuan kembali selama 2 kali pada tahun ini untuk saling mendukung dalam program-program di daerah masing-masing, berbagi informasi dan mengevaluasinya bersama. Mereka juga berharap bahwa pelatihan dapat difasilitasi lagi oleh PGI dan SAG Sulutteng untuk tingkat yang lebih lanjut.
Pewarta: Pdt. Jimmy I. Sormin
COPYRIGHT © PGI 2019